Sandiwara Lip-sync

Pada 1998, Rob Pilatus ditemukan tak bernyawa di satu hotel di Frankfurt, Jerman, tak lama setelah menjalani (lagi) rehabilitasi karena kecanduan narkotik. Usianya 32 tahun. Masih muda. Tapi kehidupan pribadinya memang terus menukik, seperti pesawat yang limbung karena gagal mesin, sejak popularitasnya sebagai penyanyi berakhir dengan skandal.

Rob adalah personel Milli Vanili. Inilah duet — Rob berpasangan dengan Fab Morvan — yang melesat ke langit ketenaran dengan kecepatan meteor.

Hanya dalam tempo setahun, sejak produser Frank Farian menggagasnya pada 1988, nama Milli Vanili sudah menerobos langit sukses di Eropa, Amerika Serikat dan di negara-negara lain. Album pertamanya, "All or Nothing" menghasilkan hit antara lain "Girl You Know It's True", "Baby Don't Forget My Number", dan "Blame It on the Rain".

Berkat pencapaian ini, Rob tak sungkan-sungkan sesumbar dengan mengklaim diri sebagai "Elvis baru".

Tetapi Elvis baru itu tak pernah ada. Album yang dirilis di Amerika mengisyaratkan bahwa Rob dan Fab sebetulnya cuma menjual tampang. Di panggung atau di video, mereka bergaya seolah memang menyanyi (biasa disebut lip-sync), sebab yang mengisikan suara untuk semua lagu di dalamnya bukanlah mereka.

Charles Shaw, salah seorang dari penyanyi di balik layar itu, mengungkapkannya kepada wartawan. Frank, sang produser, semula mati-matian membantah. Dia bahkan dikabarkan membayar Charles sebesar $ 150 ribu agar menarik pernyataannya. Tak mempan.

Dan setelah tekanan kian membesar dia tak punya pilihan lain.

Seperti domino, ambruklah semua yang sudah telanjur diperoleh hingga titik itu. Penjualan album merosot. Radio-radio beramai-ramai menyatakan "bebas Milli Vanili" (dalam pengertian seperti kalimat "bebas rokok"). Para penggemar mengecam. Kemenangan sebagai Best New Artist di ajang penghargaan Grammy pun tak terkecuali — gelar ini dicabut empat hari setelah pengakuan Frank.

Arista, label yang menaungi mereka, memilih menghapus "Girl You Know It's True" dari katalognya, di samping harus mengganti kerugian para penggemar yang menggugat.

Dan bagi Rob, semua petaka itu terlalu kuat menghantamnya. Hidupnya terpuruk, bahkan hingga delapan tahun kemudian, saat jasadnya ditemukan di kamar hotel itu.

Ketika di benaknya terbit ide untuk memasangkan Rob dan Fab, Frank tentu tak mengantisipasi tragedi. Sebagai produser, pasti dia membayangkan segi komersialnya belaka: bahwa duet Rob-Fab akan lebih menjual ketimbang Charles dan kawan-kawan (seluruhnya lima orang penyanyi) yang justru merekam suara dan semula memang dirancang untuk tampil dengan nama Milli Vanili.

Tapi, tentu saja, bukankah apa yang dia lakukan tak lebih dari kebohongan belaka? Sebuah penipuan?

Kisah tentang Milli Vanili itulah yang segera teringat ketika, belum lama ini, saya membaca serangkaian twit tentang lip-sync yang seperti sudah jamak di stasiun-stasiun televisi kita.

Rangkaian twit itu bercerita tentang bagaimana stasiun televisi cenderung tak menghormati artis dengan memberi mereka kesempatan tampil langsung di program musik tapi dengan cara lip-sync. Sebaliknya, betapa artis juga tak menghormati dirinya sendiri, juga penggemar mereka.

Dibandingkan dengan kasus Milli Vanili, apa yang berlangsung dan harus dilakukan di stasiun-stasiun televisi itu memang ada bedanya.

Artis-artis kita bergaya (bersandiwara) di kamera, di program-program seperti "Dahsyat", "Inbox", "Derings", dan lain-lain, untuk musik mereka sendiri. Tapi, secara substansial, sebenarnya sama saja: mereka menipu penonton.

Dari sisi produksi dan kepentingan, lip-sync memang memberikan kepraktisan dan keuntungan. Penyelenggara acara tak perlu menghadapi keruwetan dan kemungkinan kekacauan sebuah acara jika semua artis atau band bermain dengan sebenar-benarnya, tanpa kepura-puraan. Biaya pun bisa ditekan.

Artis dan band, di lain pihak, punya kesempatan yang terbuka lebar untuk mempromosikan diri melalui media dengan daya jangkau yang sangat luas.

Masalahnya, tontonan musik sebenarnya bisa menjadi lebih dari sekadar ajang hiburan — dan sarana komersial. Ada seni di sana. Dan bila kita bicara tentang seni, siapa pun yang terlibat pasti paham ada sisi tanggung jawab. Bahwa seniman mesti jujur dalam berkarya dan menyampaikan karyanya.

Tampil lip-sync, dengan aneka alasan, hanya menyuburkan kepalsuan. Dalam kasus Milli Vanili, kepalsuan telah menyesatkan dan pada akhirnya membawa Rob ke akhir hidupnya.

0 comments:

Post a Comment

AnyTime OnliNe